Wednesday, December 10, 2014
"Tau Zero" Review
Pertama-tama, lihat cover dari buku ini. Cover buku “Tau Zero” yang saya beli cover-nya persis seperti ini. Ada rumusnya! Dan ini bukan hanya rumus abal-abal karangan si penulis. Well, maybe, mengingat Poul Anderson juga adalah seorang ilmuwan dan bisa jadi dia termasuk penemu rumus ini. Can’t tell. But anyway, rumus ini adalah rumus yang sepertinya berkaitan dengan teori relativitas Enstein yang berkaitan dengan dilasi waktu akibat dari kecepatan yang sangat tinggi sampai mendekati kecepatan cahaya.
Apabila v dalam rumus ini mendekati kecepatan cahaya (c) maka rumus ini nilainya mendekati nol. Thus, the title for the book. “Tau Zero.”Premisnya sederhana, 25 ilmuwan pria, 25 ilmuwan wanita, dipilih oleh umat manusia untuk menjadi pionir dengan mencoba mengkolonisasi sebuah planet di gugus bintang sebelah. “Sebelah” di sini tentu saja relatif.
Secara teori dalam buku ini, butuh sedikitnya 5 tahun untuk terbang ke planet tersebut dengan kecepatan yang memadai yang mana 5 tahun ini akan sama dengan paling tidak 30 tahun terlewat di bumi.Poul Anderson menjelaskan mekanik dari perjalanan luar angkasa ini, pemakaian mesin propulsi teoritis Bussard ramjet yang baru dikonsep beberapa tahun sebelum buku ini terbit, efek dilasi waktu yang menyertainya, beserta segala aspek ilmiah yang ada di dalamnya dengan bahasa yang relatif mudah dimengerti.
Ada beberapa hal yang saya tidak paham sehingga harus saya skip, seperti misalnya penjelasan mengenai spektrum cahaya pada kecepatan mendekati kecepatan cahaya. Beberapa hal lainnya harus saya baca berulang-ulang sehingga saya sedikit banyak paham mengenai landasan teori yang menyertainya.
Pendek kata, untuk penggemar eksplorasi semesta, buku ini rewarding sekali. Ada banyak hal yang bisa dipelajari darinya. I’m not going to pretend that I undestood everything Poul Anderson described in the novel, but let’s just say that I can quite grasp the concept of harvesting hydrogen in lieu of fuel during interstellar travel better than I was before I’m reading the book.
Lalu, bagaimana dengan aspek plot fiksinya? Bagaimana kenyataan bahwa pesawat yang mereka tumpangi terus berakselerasi tanpa bisa berhenti memengaruhi para ilmuwan pilihan yang ada di dalamnya? Kelihatannya Poul Anderson tidak begitu perduli. Bisa dimengerti. Saya pun tidak perduli karena memang sedari awal saya membeli buku ini (karena baris review, “A textbook with a plot”), saya menginginkan aspek ilmiah dari buku ini lebih daripada aspek fiksinya. Jadi, saya bisa dengan mudah mengacuhkan bagian interaksi manusia yang digambarkan oleh Poul Anderson dan lebih menelaah bagian narasi ketika Poul Anderson mendeskripsikan pesawat antariksa yang melaju sedemikian cepatnya sehingga menggangu keseimbangan semesta.
The ending was literally mind blowing. Lepas dari benar tidaknya teori yang mendasari keputusan ending-nya, it was simply mind blowing.
Subscribe to:
Posts (Atom)