Wednesday, March 30, 2005

The Machinist (2004)

Spain, 2004
Cast: Christian Bale, Jennifer Jason Leigh, Aitana Sanchez-Gijon, John Sharian, Michael Ironside
Director: Brad Anderson
Film ini (agak) mirip sama: Fight Club, Insomnia, Memento
My Rating: *** 1/2 / ****

Satu lagi film yang under-rated, in a sense that it doesn't had much attention from the box-office theaters circulation, but it was one of the best, if not THE best itself, thriller of the year.

"I haven't slept in a year"
Trevor Reznik (Bale), seorang buruh pabrik biasa, hidupnya menyedihkan, dia purposedly menjauh dari lingkaran teman-teman pekerjanya meski teman-temannya sering mengajak dia untuk maen kartu dan semacamnya. Dia hanya memiliki dua teman, itupun kalau bisa disebut sebagai teman. Seorang pelayan di restoran bandara, Marie (Sanchez-Gijon) yang sering ia kunjungi tiap malam, dan seorang pelacur langganannya, Selvie (Leigh) yang gradually regards him more than just a mere customer.

Penampilan Reznik juga sangat menyedihkan, dia bagaikan tengkorak hidup, definisi paling tepat untuk kata "tulang berbalut kulit", dan suatu ketika ia mengaku kepada Selvie bahwa "I haven't slept in a year" yang disambut dengan tawa oleh Selvie untuk kemudian diikuti dengan diam tiba-tiba yang menunjukkan bahwa ia tahu Reznik berkata jujur.

Reznik menderita insomnia akut, terlihat jelas dari penampilan fisiknya yang sudah seperti seorang junkie yang tersesat di ladang ganja seluas benua Amerika. Tidak ada kata yang tepat untuk menggambarkan kondisi Reznik secara fisik. He's way beyond exhaustion.

Ke-tidak-mampuannya untuk tidur perlahan-lahan mempengaruhinya secara mental. He's began to see things, terrible things happened around him, dimulai ketika salah seorang teman pekerjanya kehilangan lengan-nya akibat kecelakaan yang lahir karena kecerobohannya. Dia mulai melihat sesosok manusia misterius, tulisan-tulisan di post-it yang ia tidak tahu menahu, kulkas yang berdarah-darah, dan seterusnya. Sebisa mungkin dia mencoba menggelar misteri yang melingkupinya, mempelajarinya, begitu juga dengan kita, penonton, yang nyaris paralel dengan Reznik dalam memahami apa yang sesungguhnya terjadi dengan dirinya.

Thriller Yang Tetap Menarik Meski Rahasianya Tertebak
Sebagai penggemar cerita-cerita Stephen King, rasanya tidak berlebihan jika gw bisa menebak kunci dari misteri yang melingkupi Reznik sebelum film-nya sendiri secara eksplisit memberitahukannya kepada penonton. Gw rasa kunci misterinya juga tidak terlalu susah untuk ditebak. Tapi walaupun begitu, walaupun sudah tertebak way before it comes to an end, actually it matters little. Karena apa yang menjadi daya tarik (paling nggak buat gw) adalah substansi dari misteri itu sendiri, yang mengalahkan sisi curiousness yang ditimbulkan olehnya. Jadi begitu curiosity gw terpuaskan, gw tidak lantas meninggalkan film untuk ke kamar mandi, atau beli mi goreng di warung Ani, tapi terus duduk sampai film berakhir karena substansi-nya belum terperas sepenuhnya.

Christian Bale is (not) Bruce Wayne
Mungkin kenyataan bahwa gw bisa relate dengan si Reznik ini yang membuat gw senang sama film ini. Hal ini tentu juga didongkrak oleh penampilan luar biasa Christian Bale (yang summer ini tampil macho dan berotot di Batman Begins) yang menguruskan tubuhnya sampai benar-benar kurus, sampai gw ga percaya bahwa ini adalah Christian Bale, kabarnya dia diet ketat (satu kaleng Tuna dan satu Apel sehari!) untuk total dalam film ini, dan hasilnya memang luar biasa. Ada temen gw yang terkaget-kaget tak percaya dan memprediksi bahwa Batman Begins akan jeblok ketika gw beritahu bahwa si Christian Bale ini yang akan jadi Bruce Wayne. Haw haw, gw ketawa, gw sebagai penggemar Batman, malah justru yakin bahwa hadirnya Nolan dan Bale akan membawa Batman terbang lebih tinggi daripada Spider-Man 2, bahkan Superman!. Alasannya? Bale baca komiknya. Konyol? mungkin, tapi gw belum terbukti salah sampai nanti ketika Batman Begins keluar dari Batcave dan muncul di bioskop. Dan baru kita bisa lihat siapa yang tertawa terakhir.

Satu lagi adalah bagaimana si sutradara mempermainkan warna di film ini (gw ga tahu metode-nya) sampai nyaris seperti monokrom. Bukan saja dia mengamplifikasi kondisi mental Reznik yang menyedihkan, tapi juga mampu membawa gw ke semestanya, ikut mengorbit mengitari claustropobhia dan insomnia milik Reznik.

And last but not the least, gw suka sama pembuat film ini yang tidak semena-mena mencurangi penonton seperti banyak film thriller lainnya dengan memasukkan twist yang tiba-tiba muncul dan tidak masuk akal. Semua twist, alur (tidak atau sedikit) rumit yang dibeberkan dari awal film terurai rapih tanpa ada benang tambahan yang entah dari mana asalnya. Semuanya benar-benar memuaskan, mungkin bisa dibayangkan kalau ternyata tiba-tiba si tokoh misterius yang menganggu kehidupan Reznik adalah seorang alien!, duh! ga banget!. Seperti puzzle, semua keping ada dan ditaruh di tempat yang benar, tidak ada keping yang tiba-tiba muncul sesaat sebelumnya puzzle-nya selesai.

Dan pada akhirnya, menemani rasa puas penonton, Trevor Reznik secara sederhana menutup film dengan kalimat redemption yang menyenangkan, "I just wanted to sleep". Sesederhana itu, dan kita pun tahu kalau si Reznik membutuhkannya dan berhak untuk mendapatkannya.

Forethought: Or Why Do I Hate Most Women Actresses
Sedikit maen gender, tidak untuk ditanggapi serius :). Gw heran, kenapa Charlize Theron (Monster) dan Nicole Kidman (The Hours) bisa meraih Oscar dengan degenerasi fisik yang ia tampilkan sementara Christian Bale di film ini yang lebih total, lebih sadis, dan lebih meyakinkan (degenarasi fisik-nya) daripada kedua aktris di atas sama sekali tidak dilirik Oscar. Bahkan gw bisa dengan pongahnya bilang apa yang Charlize Theron lakukan tidak ada seujung kuku dari pada apa yang dilakukan Christian Bale di film ini (satu kaleng tuna dan satu apel! Bayangkan itu!). Tidak adil. Sama halnya seperti Protege Corp yang menang mulu sama Versacorp di Apprentice season 1. Tidak adil.

Footnote
Tidak ada Column untuk edisi ini, agak males. Ternyata memang (jauh) lebih enak nulis pemikiran sendiri daripada ngumpulin berita untuk ditulis kembali.

Monday, March 21, 2005

Screening Log Column #11

Weekend U.S Box Office (Mar 18 - Mar 20):
#. - Title - Weekend Gross - Cumulative Gross
1. - The Ring Two - US$ 36 mills - US$ 36 mills
2. - Robots - US$ 21.825 mills - US$ 66.867 mills
3. - The Pacifier - US$ 12.542 mills - US$ 72.283 mills
4. - Ice Princess - US$ 7.013 mills - US$ 7.013 mills
5. - Hitch - US$ 6.6 mills - US$ 155.945 mills
6. - Be Cool - US$ 5.8 mills - US$ 47.203 mills
7. - Hostage - US$ 5.797 mills - US$ 19.311 mills
8. - Million Dollar Baby - US$ 4.08 mills - US$ 90.002 mills
9. - Diary of a Mad Black Woman - US$ 2.5 mills - US$ 47.765 mills
10. - Constantine - US$ 2.3 mills = US$ 70.357 mills

As pretty much expected, sekuel The Ring Two meraih posisi top di box-office chart minggu ini. Setelah cukup sukses dengan remake The Ring, gw rasa pilihan yang logis untuk kemudian mengadaptasi film berikutnya. Lagipula film sebelumnya, The Ring juga telah cukup sukses untuk meraih penonton, dan kemudian establishes a solid fan amongst the American audience. Di The Ring Two, Hideo Nakata, dibawa dari Jepang untuk menyutradarainya. Lagi, langkah ynag cukup logis untuk dilakukan para produsernya. Tapi, buat gw, gw mikirnya justru bakalan bernasib seperti The Grudge yang walaupun sukses menakuti penonton Amerika, tidak seberuntung itu buat gw dan orang-orang yang sudah menonton Ju-On, yang mau tidak mau, sadar tidak sadar, bakal membandingkannya dengan film aslinya. Dan gw lebih memilih untuk melihat a delicate girl, with heights no more than 170 cm, with black hair, and cladded beautifully in a eastern-made cloth called 'shy' than to see a tall, blonde girl, whose appearrance emphasizes anything but horror. Lagi, suka atau tidak suka, sadar atau tidak sadar, pembandingan antara dua film tersebut (original dan remake) tidak bisa dielakkan. Film baru berikutnya, Ice Princess. Komentar gw bisa disingkat menjadi dua set-kata. "Walt Disney", "General Audiences". Dari dua kata itu sudah cukup jelas kemana film ini akan mengarah. Dengan sedikit pengetahuan tentang premise plot-nya, tidak akan perlu untuk datang ke bioskop, atau membuang dua jam secara sia-sia untuk mengikuti jalan ceritanya.

Next week, lagi-lagi sekuel. Sandra Bullock kembali sebagai Miss Congeniality di Miss Congeniality 2: Armed and Fabulous, i'm not a fan for the first serie, so i won't be looking forward for this neither. Berikutnya, Ashton Kutcher kembali ke genre awal yang membesarkannya sejak That 70's show, komedi remaja, meskipun dia sudah bakalan menjadi ayah beberapa bulan lagi setelah 'pasangannya' Demi Moore hamil. Dia akan berurusan dengan Bernie Mac yang tidak setuju putrinya menikahi seorang kulit putih di Guess Who... i think it was a remake.

Well, that's a wrap to this edition. Gw tidak banyak menonton film akhir-akhir ini. Film-film yang gw tonton tiga minggu terakhir cuma beberapa, di antaranya Spanglish, dan Monsieur Ibrahim.

Wednesday, March 16, 2005

Before Sunset (2004)

Cast: Ethan Hawke (Jesse), Julie Delpy (Celine)
Director: Richard Linklater
Screenplay: Richard Linklater, Ethan Hawke, Julie Delpy
IMDb top 250: #105
My Score: ***1/2 / ****

Best sequel in 2004
Tentu saja pernyataan gw di atas bisa disanggah. Faktanya jelas. Di tahun 2004, kita melihat Spider-Man 2, Shrek 2, Harry Potter and the Prisoner of Azkaban yang masing-masing sukses secara komersil dan kualitas. Before Sunset? siapa yang tahu film ini? siapa pula yang tahu kalau film ini adalah kelanjutan dari film Before Sunrise yang dirilis tahun 1994. Tapi justru dari situ gw melihat kekuatan film ini sehingga menurut gw pantas disebut sebagai sekuel terbaik di tahun 2004. Before Sunrise boleh dibilang tidak sukses secara komersil. Dan Before Sunset lantas menjadi sebuah sekuel yang boleh dibilang langka karena motivasinya tidak datang dari sebuah sukses komersil, stempel bertanda "$" berderet-deret pada laporan revenue, melainkan datang dari inspirasi kreatif dari para pemainnya. Dalam satu footage, Ethan Hawke dan Julie Delpy menyatakan bahwa semenjak Before Sunrise mereka sering berkirim email mengenai kelanjutan kisah Before Sunrise seperti "Apa yang terjadi berikutnya pada Jesse, atau Celine?" dan ketika Richard Linklater diberitahu akan hal ini, mereka kemudian sepakat untuk menulis kelanjutan kisah Before Sunsire, Before Sunset.

A Date with Jesse and Celine
Sembilan tahun yang lalu, Jesse bertemu Celine di Vienna, mereka memulai kisah sederhana yang romantis dan berjanji untuk bertemu kembali di Vienna. Begitulah inti cerita "Before Sunrise". Dan ketika film berakhir, kita tidak akan pernah tahu apakah mereka bisa bertemu kembali atau tidak. Pertanyaan ini yang kemudian diangkat di "Before Sunset".

Jesse sekarang menjadi seorang penulis. Dan buku terbarunya menceritakan kisahnya di "Before Sunrise". Perjalanan Jesse berkeliling Eropa untuk melakukan tur promosi buku membawanya ke Paris di mana ia bertemu kembali dengan Celine, dan untuk keduanya the feeling rushes back.

Simple, huh? What i liked best about the movie was that it unspools in a real-time. Jesse hanya punya waktu 60 menit sebelum pesawatnya berangkat meninggalkan Paris. Dan sepanjang durasi film kita akan mengikuti percakapan Jesse dan Celine ketika mereka masing-masing mencoba menangkap kembali apa yang dulu pernah mereka miliki. Linklater sungguh keren dalam mengungkapkan chemistry mereka berdua, dimulai secara kikuk dan diselingi long-pauses, penonton bisa dengan enak mengikuti Jesse dan Celine sampai mereka merasa nyaman dengan satu sama lain dan secara perlahan menyempitkan jarak di antara mereka berdua. Pembicaraan mereka pun (mungkin karena ditulis oleh mereka berdua sendiri) terasa sangat realitis. Berawal dari hal-hal remeh, sehari-hari, sampai kemudian mengitari topik-topik yang kita semua ingin tahu: Apakah mereka sudah punya komitmen lain? Apakah mereka masih menyimpan perasaan itu? Apakah mereka akan mengambil kesempatan ini? dan seterusnya. Genre dari film ini jelas merupakan film romantis. Tapi gw menangkapnya secara tragis karena buat gw sesungguhnya film ini bercerita tentang penyesalan. Bagaimanapun, demi mengikuti langkah Jesse dan Celine menyusuri jalanan kota Paris dan berbicara tentang apa-pun (the film features some of the longest trailing shot i've ever seen) yang mampir di pemikiran mereka, gw merasa seperti seorang Jesse yang sedang jalan bersama Celine, dan gw yakin penonton cewe pasti bisa merasa seperti seorang Celine yang sedang jalan bersama Jesse. Pokoknya, film ini bisa membuat kita merasa menjadi bagian dari mereka, more like an interactive experience, we're there, in the screen, WITH them, and that's what made this movie into a very best. Because of its personal involvement.

Characters, Ending
Ethan Hawke dan Julie Delpy luar biasa, mereka benar-benar menghayati peran mereka. Di salah satu footage bonus, salah seorang kru mengatakan bahwa Julie Delpy berpikir sebagai Celine dan begitu pula Ethan Hawke yang berpikir sebagai Jesse sepanjang film ini. Dan jelas karena motivasi mereka bukan money, or fame, their acts were naturally coming from the heart.

The ending, ending, ending, hmmm... gw cuman bisa bilang, pas credit title (yang menandakan film telah berakhir) muncul, gw berteriak -- i was later thinking, is this the way that men screams if they're having their orgasm? probably so -- puas. Gw bener-bener puas, dan gw tidak mau merusak kesenangan kalian menonton film ini.

Jika kalian senang menonton film drama romantis, dengan bumbu-bumbu komedi yang ringan (dont worry, no slapstick, silly faces, and all, the comedy here was pure comedy just like William Shakespeare's comedy), WAJIB hukumnya buat nonton film ini. Oh ya, kalau sempat tonton dulu "Before Sunrise", gw sempet lihat VCD aslinya dijual di Hero. Gw sendiri, sudah nonton dua kali. Suatu hal yang istimewa untuk sebuah film kalo dia udah gw tonton lebih dari satu kali. :)

Screening Log Column #10

Weekend U.S Box Office (Mar 4 - 6, Mar 11 - 13): (Two weeks edition)
#. - Title - Weekend Gross - Cumulative Gross
1. - Robots - US$ 36.04 mills - US$ 36.04 mills
2. - The Pacifier - US$ 18.1 mills - US$ 54.4 mills
3. - Be Cool - US$ 10.25 mills - US$ 38.3 mills
4. - Hostage - US$ 10.21 mills - US$ 10.21 mills
5. - Hitch - US$ 8.7 mills - US$ 149.8 mills
6. - Million Dollar Baby - US$ 5.1 mills - US$ 84.04 mills
7. - Diary of a Mad Black Woman - US$ 4.8 mills - US$ 44.019 mills
8. - Constantine - US$ 3.8 mills - US$ 66.5 mills
9. - Man of the House - US$ 1.77 mills - US$ 16.5 mills
10. - Cursed - US$ 1.5 mills - US$ 17.7 mills

Minggu ini ada dua film baru, satu diantaranya bahkan juga secara bebarengan rilis di Indonesia. Robots dan Hostage. Robots adalah jelas-jelas film keluarga yang menyenangkan dalam format animasi yang pasti menghibur, Hostage adalah film thriller. Pretty much obvious which from the two would claim the top of the chart. Bahkan yang lebih menarik salah satu pengisi suaranya ada Robin Williams. Yang nonton pagelaran Oscar kemaren pasti paham kalau Pak Williams jago banget dalam mempermainkan suara. Well, none of the movies above was into my consciusness tough.

Dua minggu lalu, ada The Pacifier dan Be Cool. Dua-duanya bergenre komedi. The Paciefer lebih mendekati keluarga dengan featuring Vin Diesel sebagai seorang Navy SEAL yang harus menjaga keluarga dari seorang ilmuwan yang jadi target teroris. And by family here means, several toddlers, and kids under-age. Sementara Be Cool, kembali mempertemukan John Travolta dan Uma Thurman dalam genre yang nyaris sama dengan pertemuan mereka yang melegenda di Pulp Fiction, Crime/Gangster Comedy. Not to success, maybe because all the predictable flat plot, and added to a fact that Be Cool was supposedly to be a sequel.

Jika di tahun 2004, film pertama produksi 2004 yang berhasil menembus angka pendapatan 100 juta dolar adalah komedi romantis Adam Sandler dan Drew Barrymore, 50 First Dates, maka di tahun 2005 Hitch, (juga) komedi romantis yang dibintangi Will Smith dan Eva Mendes adalah film pertama produksi 2005 yang berhasil meraih pendapatan di atas 100 juta dolar. Hitch was also already released on local cinemas.

Next week, Ice Princess kisah tentang seorang atlit figure-skating yang diperankan oleh Michelle Trachtenberg. Juga, Naomi Watts kembali lewat The Ring Two an obvious sequel from the relatively sequel Japanese-horor adaptation of The Ring which also considered by many as a free-way ticket for Asian horrors to be released in U.S or recreated by the U.S filmmakers. Tapi yang menarik perhatian gw adalah film Melinda and Melinda yang tidak dirilis wide. Film ini adalah film paling barunya Woody Allen. Sebagai pembuat film, menurut gw, Woody Allen orangnya angin-anginan, tapi kalo lagi dapet, dia bisa membuat film drama yang penuh makna seperti Annie Hall, which in my list, still keep its position in top-10 of my top romantic-drama movie of all time.

Tuesday, March 15, 2005

Screening Log Column #9

Special Edition: Or How I Tried to Redeem Myself By Writing an Excuse Instead of Writing a Full Article

Okay, here's the thing.. last five days.. i've been home. Got many things accomplished, even though that i had to bid a short goodbye -- which was very unpleasant -- to things i loved in Depok, my PlayStation2 unit, my DVD collections, and my ever faithful WorkStation, Musang.

However, there were three of the important things that i got accomplished during my relatively short trip home. And they were: 1). Renewing my mibun shomeisho (ID card, or KTP). 2). Renewing my unten menkyoujou (Driving License, or SIM) and 3). I bought a motor-cycle. Yes, i've bought a motor-cycle even though that it won't be available here until next month.

Actually there was also one very important thing that i got accomplished and previously has been on my top of the agenda. I can't tell you anything about it though, but i assured you, once it had come out of the mist, i will let every one of you to found out what it is.

Also, i've written two short stories while i am home. I'm still reshaping it though, and regretfully by doing so, it won't be short story anymore.

All in all, it was lovely and fun to be home amongst your family, wasn't it? i've had a great time even though that there are no PlayStation2, DVDs, and PCs there.

Anyway, i'm back at Jakarta at 8:30 a.m today, and the very first thing i did was playing Tekken 5 on my PlayStation2 until 3:00 p.m.

Wednesday, March 02, 2005

Screening Log Column #8 (part 2)

Weekend U.S Box Office (Feb 25 - 27):
#. - Title - Weekend Gross - Cumulative Gross
1. - Diary of a Mad Black Woman - US$ 21.9 mills - US$ 21.9 mills
2. - Hitch - US$ 20.4 mills - US$ 121.4 mills
3. - Constantine - US$ 12 mills - US$ 50.9 mills
4. - Cursed - US$ 9.6 mills - US$ 9.6 mills
5. - Man of the House - US$ 8.9 mills - US$ 8.9 mills
6. - Million Dollar Baby - US$ 7.3 mills - US$ 64.8 mills
7. - Because of Winn-Dixie - US$ 6.8 mills - US$ 22.2 mills
8. - Are We There Yet? - US$ 4.1 mills - US$ 76.4 mills
9. - Son of the Mask - US$ 3.8 mills - US$ 14 mills
10. - The Aviator - US$ 3.7 mills - US$ 93.6 mills

Diary of a Mad Black Woman adalah film drama komedi yang berkisah tentang seorang wanita yang seakan-akan punya segalanya, latest fashion, newest cars, mansions, all the possessions, etc. sampai akhirnya suaminya memutuskan untuk menceraikannya dan menyisihkannya dari rumah mewahnya untuk diganti dengan wanita lain. Selanjutnya, sepertinya film ini berkonsentrasi kepada bagaimana si wanita ini pick-up her pieces. Film debut dari sutradara Darren Grant, not interested. Gw dulu suka sama Christina Ricci, aktingnya di Addams' Family was sooo cute and adorable, tapi makin ke sini kok makin tenggelam saja ya dia? sempat tampil lumayan bareng Charlize Theron di Monster, Ricci punya kecenderungan untuk bermain di film-film bergenre horor. Bukan pilihan yang salah sih menurut gw, dia punya track-record yang lumayan bagus dan pula didukung oleh raut muka yang cukup kelam. Film terbarunya, Cursed dibuka dengan lemah -- sepertinya semua film di Amerika minggu ini, lemah dengan hanya 20 juta dolar diperoleh oleh si pemuncak box-office --, hanya 9 juta dolar, juga bergenre horor. By the way, film horor ini plot utamanya melibatkan werewolf. Tidak pula mendapat review yang bagus. Film ketiga yang dirilis wide minggu ini, direview lebih parah, padahal bintang utama-nya Tommy Lee Jones. Tapi premise-nya, walaupun mengisyaratkan bahwa ini film akan menjadi semacam film seksi, tetap saja tidak begitu menjual. Di Man of the House, Tommy Lee Jones berperan sebagai seorang ranger yang ditugaskan untuk melindungi sekumpulan saksi kunci dari sebuah pembunuhan -- kelompok cheerleader dari University of Texas -- sampai pada akhirnya, karakter Tommy harus menyamar sebagai asisten pelatih cheerleader, dan tinggal serumah dengan kelompok cheerleader tersebut. Hmmmm, sexy girls? well, i wouldn't want to watch the movie anytime soon.

Later this week, Uma Thurman back on stage with John Travolta in Be Cool, Adrien Brody akan bermain sebagai veteran perang yang jatuh cinta dan melihat kematiannya sendiri ketika ia bepergian ke masa depan dalam The Jacket. Dengan Kiera Knightley, gw cukup tertarik sama film ini. Dan terakhir, Vin Diesel akan berperan sebagai NAVY Seal yang menjadi baby sitter untuk lima orang anak seorang ilmuwan pemerintah di The Pacifier.

From the Screening Log:

In addition with part 1 issues, this week Screening Log screened:
Film Inggris, Shaun of the Dead. Sudah jelas kelihatan dari judulnya bahwa film ini merupakan komedi satir dari film zombie klasik, Dawn of the Dead, yang remake-nya terbilang sukses (di mata gw). Ceritanya, Shaun adalah seorang pekerja yang lumayan menyedihkan... umur 29 tahun dan tinggal bersama sobat karibnya, Ed yang kerjanya tiap hari maen PS2, dan Pete. Liz, cewenya Shaun sudah bosan dengan kehidupan Shaun, dan ketika Shaun lupa akan janjinya untuk membawa Liz merayakan hubungan mereka, ia memutuskan hubungan mereka. Depresi, Shaun bertekat untuk memperbaiki hubungan mereka esok harinya, akan tetapi.. keesokan harinya, London sudah dipopulasi oleh zombie. Petualangan Shaun adalah petualangan yang sangat kocak, tapi juga bloody, jika mencari film horor yang segar, romantis, menyentuh, tapi juga sekaligus kocak, Shaun-lah jawabannya. Gw asik-asik aja tertawa ketika Shaun dan Ed memilih-milih piringan hitam yang akan dilempar sebagai senjata. Quote: "What about this? Batman soundtrack?", "Yeah, okay, throw it". Tapi juga ada scene yang mengharukan, scene yang cukup bikin perut mual juga ada, fans Dawn of the Dead juga gak akan kecewa. Bahkan George Remore, pembuat original Dawn of the Dead juga suka sama film ini.

Banyak orang yang bilang kalau Saw adalah horor terbaik bikinan Hollywood di thn. 2004. An damn, i'm sooo agreed. Filmnya dibuka ketika seorang pemuda bernama Adam mendapati dirinya terantai di sebuah ruangan bersama seorang dokter bedah yang juga sama-sama terantai. Di tengah ruangan, ada seorang laki-laki yang tengkurap dengan kepala berdarah-darah, sebuah pistol kosong di tangan kirinya, dan sebuah tape-recorder di tangan kanannya, Dokter Lawrence dihadapkan pada pilihan, dia mendapat sebuah peluru. Keluarganya diancam akan dibunuh apabila ia tidak membunuh Adam sebelum jam 6 sore. Si pembunuh juga menyiapkan permainan untuk Adam. Dan ketika Adam dan Dokter Lawrence mencoba menerka-nerka siapa dan apa di balik motif pembunuh, mereka punya 8 jam untuk mengambil keputusan. Keluhan gw terhadap film ini terutama ada 2. Satu, kameranya techno, jadi cara James Wan mengambil gambar seperti video-klip techno, putar 360 derajat, fast-frame-rate, dan sebagainya. Untungnya warna-warnaya mendukung atmofser film ini yang sangat-sangat misterius. Dua, aktingnya luar biasa buruk. Gw tidak convince sama sekali dengan karakter Adam. Apalagi dengan karakter Dokter Lawrence yang menurut gw terlalu muda untuk seorang family-man. Gw tidak bisa relate sama sekali dengan tokoh-tokoh di layar. Tapi sekali lagi, untungnya ceritanya cukup bagus dan menggelitik sehingga gw bisa sejenak meninggalkan relasi emosi gw terhadap film dan hanya mengandalkan relasi fisik saja (the make-up was good, though). Dan bener2 nggak nyangka kalau penjahatnya ternyata si itu.

Ketika gw bisa melihat sebuah film, gw tinggal 20 menit toilet-break, kembali dan masih bisa memahami intisari film itu, maka film itu adalah film yang boring, membosankan, tsumaranai, dan seterusnya. Aksinya lumayan sih, tapi itu saja yang bisa ditawarkan film ini. Gw lebih menikmati nonton Blade II daripada Blade: Trinity. Wesley Snipes juga tidak terlalu banyak omong di sini. Terlalu banyak plot-holes yang either menunjukkan ego penjahat yang terlalu tinggi atau simply karena kebodohan penjahatnya itu. Satu tokoh protagonis dimaksudkan untuk jadi pelawak.. but did you hear me laugh? not a bit. Untung saja gw masih demen sama Jessica Biel jadi lumayan terhibur. But overall, film ini adalah film yang bisa dengan mudah gw lupakan.