Monday, April 11, 2016

Batman v Superman: Dawn of Justice (2016)

Jeblog.

Oookay... mari kita bicarakan yang pahit-pahit dulu tentang film ini. Dianggap "gagal" oleh kritikus, dan meskipun sukses di box-office pada minggu pertamanya, mencetak rekor tekor pada minggu kedua (drop 69%) yang bisa dilihat sebagai indikasi bahwa meskipun film ini mampu menarik minat penonton pada tayangan perdananya, sepertinya banyak juga yang jiper dan lebih memilih untuk nunggu donlotan atau DVD bajakannya setelah mendengar respons dari penonton yang melihatnya di minggu pertama.

Basically, saya bisa mahfum dengan kenapa film ini dianggap jeblog secara kualitas. Pun demikian, saya tidak akan membahas tentang itu lagi karena toh para kritikus profesional sudah banyak yang mewakili suara saya. Alih-alih demikian, saya akan mencoba menulis tentang kenapa saya malah terhibur dengan film ini dan pada akhirnya tidak berkeberatan dengan prospek Zack Snyder menyutradarai superhero DC berikutnya.

Batman v Superman. Risky.

Ketika mereka pertama kali mengumumkan niatan untuk membuat film "Batman vs Superman," pikiran pertama yang terlintas di kepala saya adalah, "Okay, gw tertarik, tapi gw gak akan berharap banyak." Because really, if you are going to collide two of the biggest superheroes in DC universe, you are going to have a lot of small things that could go wrong and would fuck up the entire movie. Ditambah, DC punya niatan untuk catching up dengan Marvel dan berniat untuk membuat film ini sebagai pengenalan untuk film keroyokan superhero DC a la "The Avengers." Because, D-U-I-T.

So, jadilah, film yang menceritakan dua bintang besar, ditambah ada kebutuhan untuk menyisipkan cerita-cerita "mini" di dalamnya supaya nanti kalau film keroyokannya jadi muncul bisa dibilang "make sense," dalam sebuah kerangka cerita yang kalau bisa gak lebih dari tiga jam. Wajarlah kalau akhirnya saya, pada awalnya, tidak terlalu berharap banyak dari film ini.

Messy, yes, but also, Fun.

Ada hikmahnya karena ternyata saya cukup senang dan menikmati film ini. Yes, it is still a mess, beberapa kunci plot disederhanakan sedemikian rupa sehingga terlihat bodoh di film (kepentingan durasi tentunya), tapi "fun" factor yang diberikan oleh film ini ternyata cukup tinggi. Paling tidak itu yang saya rasakan.

Film ini dimulai (lagi-lagi) dari masa kecil Batman. Agak susah untuk menikmati bagian ini karena sudah terlalu sering diulang dan sepertinya setiap film Batman (dengan bintang baru) jadi seperti punya kewajiban untuk mereka ulang adegan matinya kedua orang tua Bruce Wayne. Saya begitu tidak nyaman dengan adegan ini sampai saya harus mengatakan ke diri sendiri kalau-kalau siapa tahu Snyder mengubah adegan ini dengan slow-motion ciri khas dia dan bisa paling tidak menyamai setengah dari kualitas adegan pembuka Watchmen. I was right about the slow-motion part, but I was wrong about it being half as good as Watchmen's opening sequence.

Tapi kemudian, adegan berikutnya, ketika Bruce Wayne berlarian di antara kota reruntuhan kota Metropolis sementara Superman dan Jendral Zod berantem di angkasa, mampu membayar ketidaknyamanan saya terhadap adegan pembuka barusan. Adegan ini, menempatkan seorang manusia biasa (meskipun Bruce Wayne, super kaya, super atletis, tak bisa dibilang sebagai manusian "biasa") di tengah kerusakan yang ditimbulkan oleh dua makhluk luar angkasa yang memiliki kekuatan seperti Dewa. Dan satu dari makhluk luar angkasa tinggal di Bumi. Dari adegan ini, saya bisa memahami kenapa Batman, pada awalnya menentang kehadiran Superman di tengah-tengah umat manusia.

Sayangnya, setelah adegan ini, kekacauan dari film ini dimulai. Adegan demi adegan muncul silih berganti seperti tanpa ada koheren. Beberapa adegan mengenalkan tokoh, menyiapkan karakter untuk kelanjutan cinematic universe di masa depan, atau sebagai alat untuk memajukan plot, atau (dalam kasus Batman masa depan) terlihat seperti hanya alasan untuk menyisipkan adegan keren.

Well, the scenes went on, and on. Meskipun saya tidak merasa bosan, saya bisa memaklumi pendapat negatif tentang film ini. They were, well, just too damn obvious to be ignored.

Princess of Awesome-ness.

Tapi akhirnya, kita sampai pada apa yang mungkin menjadi adegan terbaik di sepanjang film. Wonder Woman.

Dengan soundtrack yang super keren, adegan munculnya Wonder Woman sepertinya merupakan adegan yang paling berkesan dari film ini. Snyder, I think, at least gets her right. Gelang, tameng, pedang, dan lasonya meninggalkan kesan yang mendalam. Pula, bagaimana cara Wonder Woman bergerak, mengincar titik lemah lawannya, bagaimana bahkan dia bisa menyeriangi ketika dijatuhkan oleh Doomsday, menunjukkan bahwa Wonder Woman tidak main-main dengan titel Warrior of Amazon yang disandangnya. Sedari "Fast and Furious," saya sudah naksir berat sama Gal Gadot sampai-sampai saya merasa geram ketika di film tersebut, ada cowok Asia yang menciumnya. Dan peran dia di Wonder Woman semakin menguatkan hasrat saya padanya. Itu jelas. Saya pikir akan sangat sulit kedepannya ketika dia harus pensiun dan para sineas harus menggantinya. Well, paling tidak untuk empat lima film ke depan, posisi dia relatif "aman." Kecuali jika Wonder Woman dibatalkan karena film ini yang tidak sesuai harapan. Well, can't do anything about it.

Kesimpulan. Give Snyder a Chance.

Banyak yang bilang bahwa Snyder tidak paham akan karakter Superman sehingga film tentang Superman yang dia sutradarai tidak bisa meng-capture esensi dari Superman itu sendiri.  Terus terang, saya tidak perduli dengan Superman. Di komik, pribadinya terlalu tulus, kekuatannya tidak tertandingi (sumber kekuatan, matahari), dan sepertinya tanpa cela. Boring. Tapi saya pikir Cavill cukup sukses memerankan Superman di sini bahkan bisa saya bilang kalau Cavill adalah Superman terbaik yang pernah muncul di layar. Yes, bahkan lebih baik dari (alm) Reeve.

Mengenai Batman, ada adegan di mana Batman menyalahi kode etiknya sendiri. Kode etik yang sepertinya sampai film ini dipegang teguh oleh komik dan film-film Batman sebelumnya. Saya tidak terlalu mempermasalahkan hal ini. Ketika fans Batman yang lain ribut, "Loh, kok Batman begini?" saya hanya mengernyitkan dahi dan mumble, "Oh, wow, menarik." Ribut-ribut fans Batman ini bahkan sampai membuat Snyder merasa perlu untuk membuat video klarifikasi. Bagi saya bagaimana Snyder memperlakukan Batman adalah hak perogratif dia sebagai penulis dan sutradara. Toh, pada akhirnya kalau dilihat, personaliti Batman yang ditampilkan di film ini cocok dengan atmosfir dan dunia tempat film ini diceritakan. Shouldn't be a problem. It was an interesting take, and I personally find it refreshing.

Kesimpulannya, yes, Batman v Superman plotnya berantakan. Meskipun demikian, saya pribadi sangat menikmatinya, Batman dan Wonder Woman were phenomenal here, dan pada akhirnya jika Snyder harus menyutradarai film berikutnya dari cinematic universe DC, tidak ada sedikitpun masalah dari itu.