Starring: Mark Wahlberg, Burt Reynolds, Julianne Moore, Heather Graham
Directed by: Paul Thomas Anderson
MPAA classification: R (for strong sex scenes with explicit dialogue, nudity, drug use, language and violence)
The 'R' rate given to this particular movie by MPAA doesn't came out of nothing. It has every possible reason for a movie to recieve such rate. Full frontal nudity, explicit human genital views (male / female), excessive drug use, some milder-than-average violences, and many-many swearing words.
Film ini bersetting di tahun 1977 - 1983. Paul Thomas memilih latar belakang industri film porno sebagai panggung. Industri film porno dalam rentang waktu itu bertransformasi dari sebuah industri yang masih bisa dijual sebagai konsumsi entertainment publik menjadi industri yang kemudian diedarkan sebagai home-video dan bukannya tayang di theater.
Sebuah panggung tentu tidak akan lengkap tanpa pemain pendukung. Dan Paul Thomas dalam mengejawantahkan imajinasinya memilih para pemain yang sesuai dengan tone dari panggungnya, industri film porno.
Drama dari film ini selanjutnya mengisahkan kehidupan yang bersliweran di sekitar para pemain dengan panggung yang konstan ini. Dari sini, bisa ditebak darimana rating R yang didapat oleh film ini diperoleh.
Tapi tidak, Boogie Nights tidak lantas terperangkap dengan usaha mati-matian untuk mengeskpsos industri film porno, tidak pula lantas menerapkan formula wajib untuk film mainstream dengan menjejalkan adegan romantis berbau seks sebagai penggugah selera. Adegan seks yang disuguhkan oleh Paul Thomas hanyalah merupakan kebutuhan tone panggung yang ia bangun. Inevitable, bagian dari cerita dan tidak semata sebagai penggugah selera saja.
Boogie Nights adalah semacam pesta, di mana setiap orang datang dengan dandanan glamor yang wah namun unik karena masing-masing peserta pesta punya permasalahan sendiri. Dan meski film ini termasuk semi-epic dengan dua setengah jam panjang film, tentu tidak cukup untuk menceritakan latar belakang masing-masing peserta pesta.
Sorot Boogie Nights terpusat di sekitar Eddie Adams (Wahlberg) seorang pemuda 17 tahun yang bekerja sebagai pencuci piring di sebuah klab malam. Hidupnya kemudian berubah ketika ia bertemu dengan seorang pornographer, Jack Homer (Reynolds) yang lantas mengundangnya untuk bergabung dengan 'keluarga' besar Jack, bersama Amber Waves (Moore) sebagai sosok 'ibu' dan Rollergirl (Graham) sebagai semacam saudari.
Paling tidak ada selusin tokoh, karakter yang terdapat di film ini masing-masing mendapatkan porsi yang sedikit tapi cukup memorable dengan ups and downs yang dialami masing-masing karakter. Pesan moral yang cukup mengena dari film ini adalah penggunaan drug (diwakili oleh bubuk putih yang sangat populer itu) yang berlebih memang bisa menghancurkan karir seseorang. Terlepas dari karir para peserta pesta ini yang memang bergelimang sesuatu yang kurang baik, Paul Thomas tidak lantas men-judge mereka atau industri film porno secara kebanyakan. Toh, mereka juga korban kapitalis, pelaku industri seperti kita juga yang kemudian mencoba untuk mencari sesendok berlian untuk penghidupan yang lebih baik. Paul Thomas juga secara tersirat menafikan pandangan remeh orang-orang kebanyakan terhadap profesi pornographer ini.
Well, all in all, pesan moral yang ingin disampaikan oleh Paul Thomas tersampaikan dengan baik, walau sekali lagi dengan setting tema yang cukup membuat gerah, tapi toh dia tidak lantas bersembunyi di balik erotisme dan lantang meneriakkan pesan moral di balik keremangannya. Bukan itu jualan dia, tidak seperti sebuah film yang baru-baru ini dibredel. Film ini hanya kebetulan memakai baju erotis, kita masih bisa melihat mukanya, mendengar omongannya tanpa ia harus berteriak, dan kita juga masih bisa saling memahami pesan moral yang ingin disampaikannya.
Notable, akting Mark Wahlberg yang dijadikan sebagai spotlight dari film ini kelihatan sekali asiknya, mulai dari ketika dia masih 'culun', jadi bintang baru yang bersinar, dan lantas jadi sombong, dan khawatir kalau-kalau perannya digantikan oleh sang produser, lantas hancur berantakan gara-gara narkoba, tapi bangkit kembali melalui scene-contekan dari Robert deNiro - "Raging Bull".
Rating: *** / **** - Tidak seperti Ebert yang ngasih rating sempurna untuk film ini, saya merasa parade tokoh yang berderet-deret, menunggu giliran untuk disorot membuat film ini sejenak nyaris kehilangan maknanya.