Saturday, September 18, 2004

Man On Fire (2004)

"Revenge is a meal best served cold".

Saya mengernyit ketika salah satu karakter di film ini mengucapkan kalimat di atas. Ingatan saya lantas terbang ke kalimat yang sama yang diucapkan oleh The Bride di film yang mungkin jadi revenge-flick terheboh tahun ini, Kill Bill.

Kill Bill, The Punisher, Walking Tall dan Man On Fire adalah film revenge-flick, film yang bertemakan balas-dendam yang muncul di tahun 2004 sampai sekarang. Dengan Uma Thurman, The Punisher (saya lupa nama pemerannya), The Rock dan Denzel Washington sebagai pelakon utama untuk masing-masing film tersebut.

Dari keempat aktor tersebut, Mr.Washington definitely out-acted all three. Kualitas akting-nya yang menurut saya mewajibkan penggemar revenge-flick untuk mengintip film ini.

Man On Fire 2004
Starring: Denzel Washington, Dakota Fanning, Marc Anthony, Radha Mitchell, Christopher Walken
Directed By: Tony Scott

Cukup beralasan untuk menjadikan Man On Fire menjadi film terbaik untuk genre revenge-flick saat ini, bahkan bila dibandingkan dengna Kill Bill sekalipun. Meskipun Kill Bill memiliki beberapa kekuatan sendiri yang tidak ditemui di Man On Fire, tetapi untuk emosi, sebab-akibat yang ditimbulkan oleh revenge di Man On Fire lebih baik daripada Kill Bill.

Revenge-flick, Denzel Washington sebenarnya bukan favorit buat saya. Tapi saya sempatkan untuk menikmati film ini karena ada Dakota Fanning, she was stunning me in I Am Sam, and she really-really-really out-smarted and out-acted -- both in film and in the real world -- Brittany Murphy in Uptown Girls all the more reason for me to expect something great from her in the movie where she took a head-on against Mr.Washington, one of the leading quality actor nowadays.

Mr.Washington bermain sebagai John Creasy, tipikal perannya Mr.Washington yang kadang-kadang membuat saya bosan dengannya (kapan lagi dia maen jadi proto-antagonis kaya di Training Day yah?) yang sangat protagonis dan menarik simpati luar biasa dari penonton. John Creasy adalah mantan tentara -- Amerika tentunya -- yang datang ke Mexico City untuk reuni dengan sahabatnya, Rayburn (Christopher Walken). Demi melihat sahabatnya berada dalam suatu state yang depresif, Rayburn membantunya untuk kemudian menjadi body-guard untuk Pita (Dakota Fanning), putri pengusaha kaya (Marc Anthony) dengan istrinya yang Amerika (Radha Mitchell). The rest is pretty much guessable, i let you slide with the fact by yourself.

Film ini durasinya panjang, dua setengah jam dan menurut saya worthed banget soalnya Tony Scott memanfaatkan kepanjangan durasi film-nya dengan membangun keterkaitan emosional yang sangat kuat antara Pita dan Creasy, sehingga penonton pun akan terpancing dengan mudah untuk menjustifikasi eye-for-an-eye yang dilakukan Creasy di sepertiga terakhir film.

And as expected, Ms.Fanning luar biasa, singkirkan dulu lah Mr.Anthony yang cuma sleep-walking di film ini, atau Ms.Mitchell yang hanya perlu marah-marah saja, atau karakter-karakter lain yang sebenarnya signifikan tapi terasa seperti hanya numpang lewat saja. Film ini memang panggung yang diciptakan untuk Mr.Washington dan Ms.Fanning saja dan keduanya memang benar-benar mengemban tugasnya dengan baik.

Mr.Washington -- sekali lagi dalam peran yang biasanya (membosankan) -- tampil mengesankan dari state awalnya yang depresif menjadi sosok ayah menjadi sosok pembnuh berdarah dingin. Ms.Fanning pun demikian, tidak terjebak di peran cute yang bahkan masih diperankan sama aktris muda lebih tua 4-5 tahun darinya bisa mengimbangi Mr.Washington dengan cerdas dan penuh emosi. This was maybe the best duo-on-screen.

So where's the catch? well, Tony Scott. Dia mengarahkan film ini dengan style MTV yang kurang mengena buat saya dan secara overall malah mengaburkan penyampaian cerita film ini. Transisi konstan, lompatan frame, permainan tone color yang sedikit out-of-date acapkali membuat lost-track dari film ini. Scott juga berkali-kali mengingatkan hubungan emosional yang menjadi dasar revenge-nya Creasy dengan shot-shot yang menunjukkan memori Creasy dan Pita. Sampai suatu titik, saya menggeliat malas, "Okay, Scott. I've got your message. You dont have to remind me". It's okay to give the audience yet another justification reason tapi kalo berlebihan rasanya kurang bagus juga, lagipula sedari awal hub. emosional yang dibangun sudah cukup kuat.

Satu lagi, ketika merayap ke sepertiga akhir film, sayangnya film ini kemudian berubah menjadi standar untuk film action, Creasy bisa dengan santai jalan-jalan ke night-club Mexico City padahal kepolisian sudah menetapkannya sebagai tersangka pembunuh polisi, selain itu dengan mudah dia juga mendapat fancy-suit, unlimited ammo and weaponry sampai shoulder-mounted Grenade Launcher RPGs yang sanggup mengehentikan Tank. And guess what? he got shot in the chest and yet he could easily outsmarted the supposedly-nastiest bad-ass guys in Mexico City single-handedly. Well, too bad.

Endingnya sendiri cukup asik, tidak memberikan kepuasan voyuerisme tapi retribusi dan karma yang cukup dalam dan cukup mengoyak emosi yang saya yakin membuat sedikit di antara penonton yang akan meninggalkan bioskop dengan muka cerah.



Rating: *** / **** - Kenyataan bahwa film ini sepertiga terakhirnya cuman film action std greatly reduced the rate i give, yet Ms.Fanning, she's quite an extraordinary young actress worth to watch. And at such a young age too. Expect this movie real soon came at 21 network.