Thursday, May 26, 2005

2046 (2004)

Image hosted by Photobucket.comHong Kong, 2004
Cast: Tony Leung, Zhang ZiYi, Gong Li, Faye Wong, Takuya Kimura
Director: Wong Kar-Wai
My Rating: **** / ****

Ini film yang memberi penghargaan buat mereka yang sabar, gw tidak kuat menahan godaan untuk berbaring sepanjang satu jam (mungkin lebih) pertama film ini, sampai akhirnya gw pending untuk tidur sebentar. Setelah bangun, makan, dan nulis bentar, gw lanjutin nonton separuh akhir annnnddd... what a joy-ride! *whisper* I had a good cry in the end, as well.

People go to 2046 to recover their lost memories
2046 dimulai dengan dua adegan yang sama sekali tak masuk akal, tak bisa dikorelasikan satu sama lain, apalagi terhadap keseluruhan cerita. Dikisahkan Takuya Kimura *gw ga inget nama tokoh-tokohnya so instead i'm goin' with their real names instead* di sebuah dunia yang terlihat nun jauh di depan masa ini, sedang menaiki kereta yang meninggalkan sebuah tempat bernama '2046'. Ditemani voice-over yang mengatakan bahwa orang-orang pergi ke 2046 untuk mencari ingatan mereka yang hilang dan hidup di sana, dikisahkan pula (oleh voice-over juga) bahwa tokoh-nya Takuya Kimura adalah orang pertama yang pergi meninggalkan 2046. Untuk alasan yang mungkin hanya Kimura sendiri yang tahu (untuk sekarang).

Di kisah kedua, kita melihat Tony Leung yang terlibat hubungan emosional dengan seorang wanita (Gong Li), ditemani dengan narasi Tony Leung yang terlalu filosofis buat gw untuk mengingatnya, dan sama sekali tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan bahwa siapa sebenernya si Gong Li ini dan bagaimana hubungan mereka berdua sebenernya. Cuman ada gambar-gambar dramatis yang terbukti berguna untuk diingat karena akan muncul kembali nanti di akhir film sebagai bagian dari klimaks.

Selanjutnya, film ini berfokus kepada karakter Tony Leung. Dimulai ketika ia datang ke Hong Kong (apparently he came from S'Pore, a fact which may proof itself significantly important) dan menyewa sebuah apartemen. Dia secara spesifik meminta kamar '2046' untuk alasan yang hanya Tony Leung yang tahu (untuk sementara). Namun karena kamar '2046' sedang direnovasi, Tony Leung mendapat kamar '2047' yang kemudian menjadi kamarnya di sepanjang film.

Tony Leung di sini berperan sebagai seorang penulis yang setiap akhir bulan selalu berpesta pora. Kehidupannya ini juga kemudian membuatnya populer di kalangan wanita penghibur, termasuk karakter Zhang ZiYi yang kemudian menempati kamar '2046'.

Selain itu ada juga karakter Faye Wong sebagai putri dari induk semang Tony Leung yang tidak rela putrinya berkencan dengan pemuda Jepang (Takuya Kimura). Karakter Faye Wong ini yang kemudian membantu Tony Leung menulis cerita fiksi-ilmiah 2046 yang sebenernya merupakan penggambaran dari hidup Tony Leung sendiri.

So? What With That 4 Star-Rating?
Seperti sudah gw sebutkan sebelumnya, gw berjuang untuk tetap terjaga di satu jam pertama film ini sampai akhirnya gw menyerah. Namun ketika gw melihat separuh film kedua, gw really-really hooked up with it, sampai-sampai gw ga percaya kalau film telah berakhir. Di separuh film terakhir, kita bisa melihat semua hal yang memenuhi pikiran selama satu jam pertama pelan-pelan dirangkai oleh Wong Kar Wai melalui perjalanan Takuya Kimura (sebagai tokoh rekaan Tony Leung, bukan sebagai kekasih Faye Wong di dunia nyata) meninggalkan 2046, dan bagaimana Tony Leung mengasosiasikan tokohnya tadi dengan dirinya di dunia nyata.

Dari situ kita juga tahu secara pelan-pelan kerapuhan Tony Leung, and have i told you that i cried in the end? i believe i do. Well, semua karena somehow ketika di akhir film kita kembali ke adegan Tony Leung - Gong Li gw bisa konek sama karakter Tony Leung dan didukung oleh ekspresi Tony Leung sendiri dan tone dari Wong Kar Wai membuat gw bisa memahami pergulatan batin yang dialami si tokoh utama. Jarang-jarang reviewer anda ini bisa bener-bener konek dengan karakter di layar. Didukung oleh karakter-karakter unik yang dimainkan dengan apik lainnya, bahkan Zhang ZiYi yang selama ini hanya gw nikmati karena fisiknya, bisa gw rasakan perasaan depresifnya. Therefore, gw ga ragu-ragu untuk memberi nilai sempurna untuk film ini.

...? *Can't Think of a Title*
Gw tahu 2046 dari forum maya, gw juga tahu Wong Kar Wai dari situ. Secara keseluruhan, mereka yang sudah menonton karya-karya Wong Kar Wai lainnya akan menganggap 2046 sebagai karyanya yang paling lemah, meskipun tetap unik dan menyentuh, dan juga paling mudah dicerna (ow!). Gw sendiri belum lihat karya-karya Wong Kar Wai lainnya. Also, 2046 juga ternyata dimaksudkan menjadi sekuel dari "In the Mood for Love". Apparently, apartemen tempat Tony Leung tinggal juga menjadi setting dari "In the Mood for Love". Tapi, tidak ada masalah (seperti yang dibilang temen2 yang lain juga) untuk menikmati 2046 tanpa terlebih dulu menikmati "In the
Mood for Love".

Point of Interest
Faye Wong. Kita mengenalnya sebagai penyanyi dari lagu yang cukup 'known' pas jaman kuliah. "Eyes On Me". Kualitas aktingnya cukup menarik, tapi above all yang sangat menarik adalah ekspresi wajahnya yang so inviting whenever they shot her from the side. Ketika mukanya di ambil gambarnya dari depan, entah kenapa dia kehilangan daya-tariknya (at least buat gw). Apparently, Wong Kar Wai juga sadar, sehingga seinget gw cuma sekali Faye Wong diambil mukanya dari depan.