Monday, May 23, 2005

Layer Cake (2004)

United Kingdom, 2004
Cast: Daniel Craig, Colm Meaney, Kenneth Cranham
Director: Matthew Vaughn
My Rating: ***1/2 / ****

Salah satu film yang makin menjustifikasi kalo film-film non-Hollywood itu punya ide yang lebih 'fresh', therefore, lebih bisa dinikmati. Gw punya standar sendiri untuk menentukan apakah sebuah film layak mendapat rating minimal ***1/2 - ****. Salah satu parameter standar itu adalah apakah sepanjang film gw sempat melihat jam atau mencek berapa menit lagi sisa waktu dari sebuah film. Dan ketika menonton film Layer Cake ini, selama 105 menit durasi film tidak sekalipun gw meninggalkan pandangan dari layar. And that was a rarity, i tell you. *i had to stop using that phrase too often*.

+/- 30 Menit Pertama: Stereotip Film British?
Film dibuka dengan narasi tokoh kita, Daniel Craig, aktor yang juga menjadi kandidat pengganti Pierce Brosnan di serial James Bond, mengenai bisnis yang ia lakoni (kokain), aturan-aturan-nya dalam berbisnis (jangan berkhianat), dan hidup yang ia jalani (kriminal). Tokoh kita ini berada di tengah-tengah rantai peredaran kokain, dengan kata lain, ia masih bekerja pada orang tertentu, Jimmy (Kenneth Craham), tapi juga cukup jauh dari para 'end-user' so to speak.

Suatu hari, tokoh kita ini merasa cukup dan ingin pensiun. Dan tentu saja, seperti sudah diduga, tidak mudah. Jimmy memberi tokoh kita ini satu tugas, mencari putri salah seorang gembong narkoba yang lebih kuat dari pada Jimmy. Motivasinya? well, i think i'm gonna spoiled the fun if i spilled the motivation that led these film's casts (which was huge) to did what they did.

Just like its title suggests, tugasnya ternyata tidak semudah yang terlihat, seperti kue lapis (Layer Cake), alur film ini dibangun secara vertikal, melibatkan jutaan pil ekstasi, gangster Serbia, pembunuh bayaran nekat, penjahat amatir, dan seterusnya, dengan tokoh kita sebagai sentra semuanya. Sedikit mengingatkan gw terhadap film-film yang juga kebetulan dari Inggris, yang juga melibatkan unsur-unsur sedatif yang terdapat di dalam narkoba, dan juga melibatkan banyak alur yang bersinggungan. Perbedaannya, mungkin karena film ini diangkat dari buku, alur-alur yang bersinggungan bisa disampaikan dengan lebih smooth dan lebih cerdas.

Details! Details!
Film ini punya efek yang lebih efisien untuk dinikmati orang-orang yang not-so-attentive tapi juga tidak ignorant terhadap detil. Dalam perjalanannya, kita melihat banyak tokoh, banyak nama, dan masing-masing tokoh, masing-masing nama, bagaimanapun sedikitnya waktu di layar punya motivasi dan agenda sendiri. Gw sempet nyaris ketinggalan track ketika tokoh kunci yang muncul di awal film selama tak lebih dari dua detik kemudian tiba-tiba muncul di nyaris akhir film untuk menyampaikan aksi penting yang mengantarkan film pada klimaks-nya.

Tapi kelemahannya, dengan banyaknya tokoh, kecuali untuk beberapa tokoh tertentu, karakter-karakter yang dibangun jadi sedikit kurang berkesan dan nyaris terkesan seragam. Tapi (lagi), untuk beberapa tokoh yang mendapat perhatian utama, dibawakan dengan bagus oleh para aktornya sampai-sampai kau bisa merasa yakin kalau mereka adalah memang drug dealer di dunia nyata. Pengecualian untuk Eddie Temple (Michael Gambon) yang secara total tampil tak lebih dari 10 menit tapi dia mengantarkan beberapa 'punch-line' yang ngena banget termasuk definisi dari 'Layer Cake' itu sendiri.

Sedikit kejutan di akhir film
So the movie ends, with a rather predictable outcome dan tokoh utama kita menyampaikan narasi penutup-nya. Yang bikin gw terhenyak adalah ketika di tengah-tengah narasi, gw baru nyadar kalau ada satu hal kecil yang gw tidak tahu film ini, dan gw lebih terhenyak lagi ketika si tokoh utama kita menanyakan pada kita (penonton) apakah kita (penonton) tahu hal kecil yang dimaksud. Hal kecil, remeh, yang ga signifikan sebenarnya, tapi ketika sampai luput dari penonton, itu berarti film ini disampaikan dengan skrip yang bagus dan cerita yang memikat sampai kita ga peduli sama hal kecil tersebut. At least, that was the way i see it.

P.S Point of Interest
Satu adegan yang memorable buat gw, ketika adegan kekerasan yang brutal disampaikan dengan lagu 'Ordinary World'-nya Duran-Duran. I found the scene was totally funny in a most satiric way possible, that i actually managed to gave a few chuckles even while the brutal action took place.

I loved this movie, and i plan to re-watch it just to make sure that they really didn't mention that 'small things' during this 105-minutes joy-ride. And by the time i watch this movie (that was at least 10 days ago), the film was also brought to U.S theatres and had a good reviews.