Quote: "I bow down to you. You are a talent beyond compare. If I'm half the person you are and half the talent you are when I'm 74, I will know that I've accomplished something great." -- Hillary Swank ketika menerima SAG Award kategori Best Actress kepada rekan mainnya dan sutradara dalam film "Million Dollar Baby" (6 Februari 2005).
Komentar bombatis itu datang dari seorang Hillary Swank. Aktris yang kemampuan berakting dan totalitasnya dalam seni peran telah membuahkan penghargaan SAG (Actors Guild) sebagai aktris terbaik di tahun 2004 lewat perannya sebagai seorang wanita berotot di "Million Dollar Baby". Penghargaan ini juga melengkapi penghargaan Hillary Swank setelah sebelumnya ia mendapatkan Golden Globe juga lewat film yang sama dan menjadikannya sebagai kandidat serius untuk merebut piala Oscar untuk aktris terbaik akhir Februari ini.
Jadi tentu saja komentar bombatis yang datang dari seorang aktris yang sudah diakui terhadap rekan kerjanya tentu bukan sesuatu yang bisa dianggap enteng.
Saya mengenal nama Clint Eastwood nyaris bersamaan dengan waktu saya berkenalan dengan film yang berarti sekitar tahun 1988 - 1989. Waktu itu saya sebagai seorang newbie di dunia film langsung bisa mengasosiasikan nama Clint Eastwood lewat peran-perannya di film Western. Meskipun baru beberapa tahun kemudian saya berkesempatan untuk menonton "Unforgiven" (1992), yang memberinya penghargaan Oscar sebagai Best Director, dan baru di tahun 2004 saya menonton film western pertama yang mengangkatnya ("A Fistful of Dollar"), nama Clint Eastwood sudah terlanjur melekat dengan topi koboi, bot bergerinda, dan revolver enam peluru.
Selanjutnya, tentu saja "Dirty Harry". Film yang buat saya waktu itu sangat fenomenal karena penggunaan profanity-nya, dan kekerasan dari seorang penegak hukum. Oh ya, saya memang sudah diijinkan untuk menonton film apa saja, dan bangun sampai pukul berapapun meskipun saya masih SD oleh orang tua saya (i love you, guys) dan itu tentu saja bertanggung jawab untuk membentuk diri saya yang sekarang ini (coffee-addict, movie-lovers, and insomnia).
Sebenarnya saya tidak pernah menganggap Clint Eastwood sebagai aktor yang bagus. Betul kalau dia memang punya evil grin yang meyakinkan, Dirty Harry pun bisa melekat dengan sempurna sampai saya tidak bisa mengasosiasikan orang lain sebagai Inspektur Harry Callahan. Dan sampai film keempatnya di tahun 80-an, "Sudden Impact", Dirty Harry telah berhasil membuat saya memimpikan bagaimana rasanya meledakkan Magnum ke kepala orang (ah well, when we're young, we wanted everything, rite?, after all, i'm only 9 - 10 years old at the time). Pada intinya, sampai sekarang jika ada yang menyebut nama "Clint Eastwood", saya selalu teringat film-filmnya Sergio Leone, dan Dirty Harry, dan selalu bisa membayangkan Clint Eastwood sebagai koboi dengan pistol terhunus, rokok di ujung mulutnya, dan disampingnya, Clint Eastwood sebagai seorang inspektur, dengan jas warna abu-abu dan celana yang senada, evil grin, dan Magnum terhunus. Dan sampai tahun 2003, hanya itu yang bisa saya bayangkan tentang Clint Eastwood.
Di tahun 2003, saya mulai serius menyukai film. Saya mulai memilih-milih film bukan lagi berdasarkan genre ataupun aktor-aktris-nya. Saya mulai memilih film berdasarkan nama sutradara dan screen-writer-nya. Maka saya heran begitu Mystic River, film yang disutradarai oleh Clint Eastwood mendapat review yang bagus dan bahkan masuk nominasi Oscar di tahun itu.
Saya penasaran. Akhirnya beberapa bulan kemudian saya berkesempatan untuk menonton film itu. Dan ya, untuk pertama kalinya saya melihat Clint Eastwood bukan sebagai boneka Sergio Leone, dan bukan pula sebagai Inspektur Harry Callahan. Saya langsung suka sama Mystic River. Kedalaman ceritanya, twist-nya, karakterisasi pemain2nya. Tapi terlebih, karena memang waktu nonton pertama kali saya ingin melihat Clint Eastwood, saya merasakan 'shot-shot' misteriusnya yang membawa Mystic dari Mystic River itu sendiri. Saya bahkan tidak bisa menggambarkan dengan kata-kata. Tapi terutama saya suka waktu Sean Penn berteriak dikerubuti polisi, juga adegan karnaval di terakhir film, dan tentu saja jalan tempat rumah karakter Sean Penn berada. It was magical and mysterious in some kind of weird way. Sayangya, waktu itu Clint harus mengalah sama PJ yang menyelesaikan trilogi The Lord of the Rings-nya di tahun itu.
Lalu kita sampai di Million Dollar Baby. O yea, dengan nuansa misterius yang sama, saya juga langsung jatuh cinta sama Hill.. eh, filmnya. Terlebih penampilan Hillary Swank yang serius, all-out, sampai dari aksen cara ngomongnya saja kita sudah bisa percaya banget kalau Fitzgerald (tokoh yang diperanin olehnya) tidak punya keinginan apa-apa selain menjadi petinju dan memiliki tingkat intelejensi yang rata-rata. Saya benar-benar angkat jari untuk Hillary Swank di film ini. Bahkan di sepertiga film terakhir kita bisa benar-benar tertarik ke karakter Fitzgerald ini, bisa memposisikan di posisinya yang menghadapi redup terakhir dari cahaya harapannya, dari hidupnya. Tapi tentu saja, tanpa Clint Eastwood, saya rasa akan beda rasa misteriusnya, akan beda cara kita menangkap kegigihan dan kegetiran Fitzgerald yang ditampilkan oleh Hillary Swank di film ini. Wajar kalau nanti (February 27th) dia diganjar Oscar untuk sutradara terbaik. Tapi tetap saja, saya masih tetap ingin Martin Scorcese yang membawa pulang patung emas itu.
All in All, Clint Eastwood, dengan 50 tahun pengalaman di dunia film tetap menjadi salah satu legenda film. But i still could see him as one of Sergio Leone's puppet or Dirty Harry.