Directed By: Nancy Meyers
Tak diragukan lagi, Jack Nicholson adalah aktor yang kokoh di daftar top-list aktor terbaik buat saya. Kualitas aktingnya luar biasa, dan lebih-lebih dari beberapa film yang ia mainkan yang kebetulan sudah saya apresiasi, tidak ada (saya ulangi, tidak ada) satupun diantaranya yang tidak saya sukai.
Genre dari Something's Gotta Give adalah komedi romantis, sebuah genre yang saya selalu pandang dengan picingan mata sebelah, dan sudut bibir tertekuk ke bawah. Tapi dengan Jack Nicholson, dan Diane Keaton (yang pertama saya kenal di Godfather II, kalo tidak salah dan sangat memorable sebagai Annie Hall di Annie Hall) sebagai pemeran utama, then i knew and i hope that this one would be rather different.
Something's Gotta Give bercerita tentang seorang Harry Langer (Nicholson), 63 tahun bujangan tua yang sukses dan terkenal karena selalu nge-date dengan gadis-gadis di bawah umur 30-an. Suatu hari, dengan pacar terbarunya Marin (Peet) ia berlibur bersama di rumah pantai milik ibu Marin yang tak lain dan tak bukan adalah Erica (Keaton), seorang penulis drama yang menjanda sudah cukup lama. Pertemuan yang konyol di antara mereka berbuah menjadi sebuah perasaan halus seiring dengan saling memahami dan saling melengkapinya kedua karakter ini dengan persamaan, perbedaan, dan kebiasaan masing-masing. Namun unevitable romance tidak datang semudah itu, ketika dokter Harry (Reeves) meramaikan suasana dengan menyatakan cintanya kepada Erica.
Nancy Meyers (sutradara, penulis cerita) cukup saya kenal dengan ceritanya yang meski mengusung nama cinta tetapi selalu disajikan dengan cara yang cerdas dan divisualisasikan dengan menarik seperti dalam film-filmnya sebelumnya (What A Women Want, Parent Trap). Pun di film ini juga menurut saya, dia menunjukkan karya terbaiknya ketika ia mengarahkan Nicholson dan Keaton ke dalam sebuah affair romantis yang cukup enak buat dinikmati.
Walaupun terkesan bahwa plot yang sudah ada diperpanjang olehnya, dengan beberapa adegan yang walau lucu tapi tidak terlalu perlu (seperti adegan telanjangnya Diane Keaton) shot-shot yang ia pakai pleasant enough to enjoy. Satu poin penting yang saya suka dari film ini adalah banyaknya ia (Meyers) memakai simbolisasi visual ketimbang dialog untuk menyampaikan perasaan sang karakter (perhatikan bagaimana Keaton memungut kerang-kerang berwarna gelap ketika ia sedang curhat kepada adiknya) atau untuk mengekspresikan chemistry antara dua karakter ("How many words are there that rhyme with 'bitch'?"). Dengan demikian untuk beberapa shot, masing-masing audience bisa memiliki interpretasi yang unik terhadap bagaimana pengkarakterisasian tokoh dan chemistry antara tokoh-tokoh tersebut. Hanya saja mungkin seberapa dalam karakter itu dibangun jadinya malah tergantung pada apresiasi masing-masing penikmat.
Intinya, film ini mungkin komedi romantis terbaik di tahun 2003. Sebuah komedi romantis yang sangat dewasa, penuh simbolisasi hiperbolis yang tidak kentara, dan tentu saja dialog-dialog yang cerdas yang kadang membuat saya berpikir lebih dari sekali untuk mencernanya.
Rating: ***1/2 / **** - Dua-duanya kekurangan adalah pembangunan plotnya yang lamban, meski seringkali disisipi humor dan dialog yang cerdas tetap kerasa dan Keanu Reeves.